Download pdf novel nggak usah jaim deh






















Unknown March 9, at PM. Admin Kere February 12, at AM. Unknown March 22, at AM. Unknown May 13, at PM. Aprilia's blogspot July 9, at AM. Black21Ice December 20, at PM. Anonymous November 28, at AM. Unknown October 10, at PM. Unknown November 2, at AM. Unknown February 15, at AM. Anonymous February 26, at PM. Unknown May 27, at AM.

Newer Post Home. Subscribe to: Post Comments Atom. Apanya yang lucu? Kenapa ketawa? Apa ada yang aneh? Dahi Rhea berkerut heran. Ketua OSIS yang satu ini memang rada aneh. Nama aslinya sih Johannes Putra Leksono Cahya. Betet itu nama julukan dari teman-teman karena hidungnya yang besar seperti paruh burung betet. Segitu aja short message delivery service dari gue.

Jadi jangan sampai lupa ya," kata Betet lalu segera meninggalkan kelas Rhea. Kenapa anak-anak yang always jayus itu terpilih jadi ketua OSIS, ya? Wajahnya tampak ketakutan. Lo jangan sampai jatuh cinta sama cowok aneh itu, ya.

Dia cuma akan menambah suram kehidupan lo. Sedetik kemudian, sebuah jitakan keras mendarat di ubun-ubun Marcia. Siapa yang jatuh cinta sama Betet Gue kan bermaksud baik. Gue cuma ngingetin elo aja kalo cowok di dunia tuh masih banyak.

Jangan sampai salah pilih Marcia buru-buru kembali ke tempat duduknya sebelum Rhea berhasil melancarkan serangan keduanya. Papa bisa nunggu Rhea sebentar, nggak? Bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu. Marcia dan Rachel sudah pulang lebih dulu. Papa udah janji sama Mama mau nganter mama ke dokter gigi" jawab papanya sambil membereskan surat-surat yang ada di mejanya.

Mama cuma mau nambal giginya yang berlubang. Tapi setelah selesai rapat kamu harus segera pulang. Hatinya begitu gembira. Baru kali ini papa mengizinkan dia pulang sekolah sendiri. Biasanya pasti harus sama-sama papa. Pasti ini karena papa terlanjur janji sama Mama. Papa kan orang yang nggak pernah ingkar janji. Jarang-jarang ada kesempatan seperti ini. Pokoknya harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Rhea keluar dari ruang kepala sekolah dengan senyum merekah. Suara ramai anak-anak yang berceloteh riang sudah terdengar dari ruang OSIS.

Sepertinya rapat sudah dimulai. Rhea segera mempercepat langkahnya. Cowok itu berdiri di depan ruangan, memimpin jalannya rapat. Gue ada sedikit keperluan tadi," jawab Rhea sambil tersenyum kecil lalu menempatkan diri di bangku kosong yang ada di sebelah Luna, si bendahara OSIS. Besok proposal kegiatan udah harus lo serahin ke gue.

Jangan sampai lupa! Proposal apaan nih? Baru saja masuk ruang rapat sudah ditugaskan membuat proporal. Elo kan belum tau ide terbaru gue.. Dan ide pencarian dana ini berasal dari si kreatif Johannes Putra Leksono Cahya.. Semua anggota OSIS langsung menatap ke arah Betet sambil menggelengkan kepala dan menghela napas panjang. Dalam hati mereka heran, kok bisa cowok itu kepilih jadi ketua OSIS? Setiap anak yang berminat bisa memesan ke panitia.

Selain membayar sesuai harga, setiap pemesan juga boleh menyapaikan pesan mereka. Nanti panitia yang nyiapin botol dan menulis di kartu ucapan," jelas Luna.

Rhea mengangguk berulang kali, lalu berkata, "Jadi begini, misalnya gue pesen bunga untuk Marcia, nanti gue kasih tau pesan apa yang harus ditulis di kartunya ke panitia. Bunga itu diserahkan ke Marcia pada waktu yang ditentukan, bersama dengan pesanan-pesanan lainnya.

Begitu kan? Rhea berusaha menahan tawa melihat ekspresi wajah Rico yang tampaknya nggak suka banget dengan tema yang di sampaikan Betet.

Dan sepertinya bukan hanya Rico yang nggak suka sama tema itu, melainkan semua nggota OSIS yang sekarang menunjukkan wajah jijik. Tapi anehnya, nggak satu pun dari mereka menolak usulan tema itu. Mungkin mereka nggak punya tema lain yang lebih cocok untuk kegiatan pencarian dana ini. Akhirnya, mau nggak mau semua menyetujuinya walaupun dengan sangat terpaksa. Ia memilih duduk-duduk di bangku dekat lapangan basket, menikmati saat-saat tenang tanpa tekanan dan gangguan dari siapapun.

Sudah lama sekali Rhea nggak merasakan suasana seperti ini. Rhea duduk santai sambil membaca novel remaja yang dibawanya setiap hari. Kalau di rumah, ia nggak akan punya waktu untuk membaca novel itu sampai selesai.

Soalnya kalau sampai ketahuan papa, pasti ia celaka. Papa nggak pernah mengizinkan Rhea membaca novel. Kata papa, buku seperti itu hanya menawarkan mimpi bagi pembacanya. Makanya, novel yang di pinjamnya dari Marcia sejak sebulan yang lalu itu belum selesai dibacanya sampai sekarang. Hanya dalam waktu lima menit, Rhea sudah tenggelam dalam novel yang dibacanya.

Karena begitu terhanyutnya ia dalam cerita di dalam novel itu, ia sampai nggak menyadari ada orang yang berdiri di hadapannya dan asyik memperhatikannya. Rhea terlonjak kaget. Buru-buru ditutupnya novelnya.

Anaknya kepala sekolah? Rhea mengangguk pelan. Dia kenal cowok ini. Namanya Felix, gebetannya Rachel, dan jadi idola cewek-cewek sekolah ini. Cowok ini juga yang baru-baru ini ditembak Lola, cewek kutu buku dari kelas 1 B. Bola basket dipeluknya dengan tangan kiri. Ragu-ragu Rhea menyambut uluran tangan Felix. Mimpi apa ya gue semalam? Rasanya nggak mimpi yang aneh-aneh deh. Lalu, kenapa hari ini gue bisa berhadapan sama cowok paling beken di sekolah?

Diajak kenalan pula. Padahal selama ini nggak ada cowok yang berani deketin gue karena takut sama papa. Atau jangan-jangan selama ini Felix diam-diam naksir gue, dan karena dia tahu papa udah pulang, dia nekat deketin gue.

Ih, Rhea! Ko elo jadi ke-GR-an begini sih,? Gue ganggu, ya? Felix duduk di sebelah Rhea. Tangannya kembali memainkan bola basket yang sedari tadi pegangnya. Rhea jadi salah tingkah. Ini pertama kalinya Rhea duduk sedekat ini sama anak cowok. Kalau ini mimpi, Rhea sungguh berharap jangan ada yang membangunkannya dulu. Biasanya selalu bertiga. Ternyata Felix tahu Rhea selalu bersama Rachel dan Marcia.

Berarti benar dong, Felix diam-diam sering memerhatikannya. Mereka kan bukan anggota OSIS. Rapat OSIS. Trus, anak-anak yang lain mana? Elo nggak pulang bareng bokap lo? Bokap gue juga ada keperluan, jadi harus pulang lebih dulu. Emang apa bedanya novel cewek sama novel cowok? Bukan begitu. Maksud gue, novel cewek tuh novel remaja yang biasanya jadi bacaan anak cewek.

Kalo ini sih gue udah baca. Bagus kok ceritanya. Nggak cengeng," komentar Felix sambil mengembalikan novel itu pada Rhea.

Felix mengangguk. Adik gue yang cewek koleksi buku-buku semacam itu. Gue pernah iseng baca salah satu koleksinya itu. Kebetulan buku yang gue baca itu sama dengan buku yang ada di tangan lo. Dan menurut gue it's not bad. Cowok ini asli langka. Rhea belum pernah melihat cowok yang dengan asyiknya bercerita bahwa dirinya salah satu penggemar novel remaja seperti ini.

Sangat langka dan tampaknya perlu dilestarikan. Ada yang salah, Rhe? Nggak kok. Nanti dicariin lho, sama orang rumah. Nggak usah. Gue anterin, ya? Felix mau mengantarnya pulang. Mana mungkin dia nolak dan membuang kesempatan ini? Akhirnya Rhea mengangguk. Luluh juga dia, melihat senyum memelas kian menggoda yang tersungging di bibir Felix. Dan lagi-lagi, Rhea nggak kuasa menolak kebaikan hati Felix. Hari ini Mama memasak makanan rebusan semua. Pasti ini karena Mama baru pulang dari dokter gigi dan dilarang dokter makan yang keras-keras.

Ada yang ditambal? Tapi dua hari lagi harus kembali ke dokter. Ia sekarang lagi asyik menikmati ayam rebus kegemarannya. Tapi pertanyaan Papa mendadakan membuat Rhea kehilangan nafsu makan. Sama teman, Pa," jawab Rhea gugup. Anggota OSIS? Anak kelas berapa dia? Perempuan, kan? Papa pasti marah besar jika tahu Rhea pulang diantar anak cowok. Apalagi naik motor. Masa Rhea harus bohong sama Papa? Seumur-umur Rhea belum pernah berbohong pada kedua orangtuanya.

Tapi kalau Rhea jujur, apa papa mau terima? Padahal Felix kan sudah berbaik hati mau mengantarnya pulang. Bagaimana kalau papa sampai menskors Felix gara-gara nekat mengantar Rhea pulang mnaik motor tanpa seizin Papa? Aduh, apa mungkin bakal separah itu? Tapi nggak ada yang mustahil untuk orang seperti Papa. Nyaris berbisik. Sesuai dugaan Rhea, wajah papa langsung berubah jadi merah padam begitu mendengar jawaban putrinya.

Bahkan Mama dan Reva pun terdiam. Suaranya yang serak jadi terdengar semakin serak karena menahan marah. Dia anak kelas tiga," jawab Rhea pelan.

Mau jadi perempuan apa kamu? Setahu papa dia berangkat sekolah naik motor, berarti kamu pulang diantar naik motor, kan? Kepalanya menunduk menatap kaki meja makan. Dia itu nggak bisa dipercaya, pengecut, dan nggak tahu aturan! Kalau papa sampai tahu kamu masih berteman dengannya, Papa akan bertindak lebih keras terhadap kamu!

Ingin rasanya Rhea berteriak, membalas semua makian papa. Tapi Rhea nggak bisa. Ia tahu, semakin ia berani melawan papa, maka papa akan semakin marah. Padahal jelas Rhea nggak terima papa marah-marah seperti ini. Apalagi pakai acara menjelek-jelekan Felix segala.

Papa tahu apa sih tentang Felix? Felix itu baik banget kok. Sama sekali berbeda dengan makian papa tadi. Papa nggak punya alasan, juga nggak punya hak untuk menjelek-jelekan cowok sebaik Felix. Papa dan mama nggak mau kamu salah pergaulan.

Lagi pula sangat berbahaya kalau kamu naik motor tanpa memakai helm walaupun jarak yang ditempuh nggak jauh, kamu ngerti kan sayang? Rhea cuma bisa mengangguk. Saat ini, hati dan otaknya penuh rasa marah pada papa. Rhea muak dengan kerasnya papa yang selalu merasa dirinya paling benar. Nafsu akan Rhea jadi hilang. Papa minta besok kamu sudah mendapatkan guru les untuk Rhea. Adikmu itu perlu belajar lebih serius lagi agar dia nggak terlalu banyak bergaul dengan anak-anak yang nggak mengerti tata krama," pinta papa dengan nada tegas yang lebih berkesan sebagai perintah dari pada permintaan.

Dibandingkan Rhea, Reva memang lebih pintar mengambil hati orangtua mereka. Karena itu sejak dulu Rhea selalu menganggap kakaknya itu dianakemaskan papa dan mama. Tapi Rhea nggak bisa iri ataupun membenci kakaknya itu, karena Reva selalu baik dan memanjakan dirinya.

Reva selalu berusaha melindunginya dari kerasnya papa. Saat Rhea lagi kesel sama papa, Reva pasti hadir sebagai ibu peri buat Rhea, kemudian menyiapkan seribu satu lelucon yang kadang sama sekali nggak ada lucu-lucunya demi menghibur Rhea. Dan akhirnya, Rhea merasa Reva memang layak menjadi "anak emas" di keluarga ini. Tangan kanan Rhea menyendok nasi dengan marah dan memaksa diri untuk menelan nasi. Rhea benar-benar dongkol sama papa dan seisi rumah ini.

Gue benci sama semuanya! Ia masih kesal dengan peristiwa di meja makan tadi. Tapi ia nggak bisa terus ngedumel seorang diri karena masih harus membuat proposal OSIS yang sudah dibicarakan saat rapat tadi siang.

Terlebih lagi proposal itu harus ia serahkan pada Betet besok pagi. Rhea mulai mengetik lembar demi lembar. Tangannya bergerak lincah di atas keyboard. Membuat proposal bukan hal asing buat Rhea karena sejak SMP ia sudah terlatih membuat proposal. Soalnya, setiap ada kegiatan, dia selalu kebagian jabatan sebagai sekretaris. Nggak pernah jabatan lain. Makanya, dia hafal banget format pembuatan proposal yang baik dan benar.

Selang dua puluh menit, proposal itu sudah rapi, berada di dalam map hijau dan siap di serahkan besok. Rhea mematikan komputernya dan mengambil HP-nya yang ada di meja tempat tidurnya.

HP-nya terbilang sudah ketinggalan zaman jika dibandingkan dengan HP teman-temannya. Bentuknya masih besar, warna layarnya masih kuning, masih monofonik, dan hanya bisa digunakan untuk nelpon dan SMS. Nggak seperti punya teman-temannya yang sudah bisa digunakan untuk internet, foto, video, MMS, bahkan bisa digunakan sebagai radio dan MP3. Tapi bagi Rhea, HP-nya ini salah satu benda berharganya, hadiah dari Reva waktu Rhea ulang tahun yang ke Gara-gara hadiah ini kakaknya dimarahi papa seharian penuh karena dianggap menghambur-hamburkan uang.

Papa juga melarang keras Rhea membawa HP itu ke sekolah karena dianggap dapat mengganggu konsentrasi belajar. Larangan itu terus berlaku sampai sekarang. Makanya Rhea cuma perlu menyiapkan dana sebesar RP 50,,- per bulan untuk membeli pulsa karena ia jarang menggunakan HP-nya itu.

Berbeda dengan Marcia dan Rachel yang jatah pulsa setiap bulannya minimal Rp Rhea membuka fitur message pada HP-nya dan segera menulis pesan untuk Marcia. Mar, gw pnya info menrk buat elo. Td plng skul, gw dianterin Felix smp rmh. Pesan terkirim, dan dalam waktu enam puluh detik Rhea sudah menerima balasannya. Gw call elo skrng jg! Baru Rhea selesai membaca pesan itu, telepon di ruang bawah berdering nyaring.

Ada telepon dari Marcia! Nanyanya satu-satu Begini, gue juga nggak tau kenapa si Felix mau nganterin gue pulang. Tau-tau dia ngajak gue kenalan, ngobrol, habis itu nganterin gue pulang deh," jawab Rhea dengan suara pelan. Ia nggak mau ketahuan papa ngobrolin masalah tadi siang di telepon. Kepala Rhea celingak-celinguk ke segala arah. Tapi tampaknya dia cukup aman sekarang. Soalnya papa udah masuk ruang kerja, Mama juga sudah masuk kamar.

Reva juga nggak kelihatan lagi batang hidungnya. Berarti Rhea bisa ngobrol bebas di telepon. Gue nggak kedengeran nih! Kalau ketauan bokap, gue bisa runyam," kata Rhea masih dengan suara pelan. Selesai rapat OSIS gue males pulang. Gue duduk-duduk dulu dekat lapangan sambil baca novel yang gue pinjam dari elo. Tau-tau Felix nongol di depan gue dan ngajak kenalan. Dia ngajak kenalan duluan?

Emangnya lo kira gue yang kecentilan deketin dia? Bukannya begitu, Rhe. Cuma aneh aja kalo ada cowok yang nekat deketin elo jika mengingat latar belakang kelurga lo. Emangnya gue dari keluarga narapidana, apa? Anak cowok kan pada takut deketin elo gara-gara Mr. Headmaster yang sangar itu. Gue juga bingung pas dia tiba-tiba deketin gue.

Mungkin karena dia tahu bokap gue udah pulang duluan, dia jadi berani deketin gue. Dan kalau itu benar, berarti Felix diam-diam memperhatikan elo.! Ini baru namanya hot gossip! Elo jangan coba-coba nyebarin cerita ini ke anak-anak lain ya.

Kalau bokap gue sampai denger, tamat deh riwayat gue. Gimana reaksi bokap lo? Besok deh gue critain detailnya. Gue tunggu cerita lo besok. Rhea takut papa tahu dia sudah menggunakan telepon untuk ngobrol selama lebih dari limabelas menit. Buru- buru Rhea menyambar HP yang masih tergeletak di tempat tidur. Tanya Rhea begitu selesai menekan tombol answer. Gimana caranya lo bisa diantar pulang sama yayang Felix gue?

Udah diperingatkan untuk tutup mulut masih aja kaya ember bocor. Tau-tau dia menawarkan diri nganterin gue pulang. Gue yang setiap hari berdiri di pinggir lapangan melototin dia sampai mata gue mau keluar, tetep nggak pernah punya kesempatan nyapa dia. Tapi elo.. Oh my God.. It's very unfair. Elo tuh lucky banget, tau! Gue emang seneng ada cowok yang berani ngajak gue ngobrol berdua aja.

Tapi rasanya itu bukan hal yang luar biasa, kan? Gue jadi risi nih. Sama sekali bukan hiperbola. Tapi yang pasti elo jangan cerita ke siapa pun ya. Gue tutup mulut, tapi ada syaratnya. Rhea memang my sweetest friend. Udahan dulu ya. Gue mau mimpiin yayang Felix dulu nih dah Rhea! Rhea meletakan HP-nya ke atas meja setelah mengatur alarm HP agar berbunyi seperti biasanya besok pagi. Diliriknya jam beker yang sekarang berdampingan dengan HP-nya.

Sudah jam Waktunya mematikan lampu kamar. Hanya tinggal temaram cahaya dari lampu hias berbentuk hati yang ada di sebelah tempat tidurnya. Rhea merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Bayangan kejadian hari ini seperti rol film yang di putar kembali di dalam otaknya. Untuk partama kali dalam hidupnya, Rhea merasa hari yang dilaluinya sungguh menakjubkan. Rhea pun larut dalam lamunannya sendiri. Apakah yang terjadi hari ini cuma terjadi hari ini aja!

Apa besok hidup gue bakal ngebetein lagi? Gue happy ada cowok yang berani deketin gue. Apalagi tuh cowok inceran cewek-cewek satu sekolah.

Walau gue kesel banget sama papa yang udah marah-marah tanpa alasan yang jelas, tetap aja gue nggak bisa mengurangi rasa happy gue atas apa yang udah terjadi hari ini.

Apa elo pangeran yang akan membawa gue menuju nageri dongeng dan menjadikan hidup gue seseru hidupnya Harry Potter? Boleh nggak gue berharap seperti ini? Pikiran Rhea melayang entah kemana sampai akhirnya matanya pun menutup rapat. Angan- angan Rhea pun di bawah oleh peri mungil menuju dunia mimpi, dunia tempat Rhea selalu bisa menjadi tokoh utama yang menjalani berbagai petualangan seru, yang nggak akan pernah mungkin dijalaninya di dunia nyata.

Tiga sekawan ini sudah duduk di sudut kiri kantin menikmati soto mie pak Jenggot yang terkenal kelezatannya. Apa maksudnya dia bilang yayang Felik gue nggak tau aturan? Jelas Felix paling jago soal aturan. Buktinya, kalo main basket dia nggak pernah tuh yang namanya walking, double, atau menyalahi aturan-aturan lainnya," Rachel sewot bukan main. Soto minya hampir tumpah saat dia menggebrak meja untuk melampiaskan rasa kesalnya.

Lagian kan bukan peraturan seperti itu yang di maksud bokap gue," protes Rhea saat dirasakannya puluhan mata yang ada di kantin mulai menatap mereka dengan curiga. Rachel sudah mau menanggapi protes Rhea, tapi diurungkannya begitu ia melihat sosok pujaanya berjalan mendekati tempat duduk mereka.

Mulut Rachel terbuka lebar, lidahnya terasa kelu. Rachel menatap sosok yang berdiri di depannya seperti melihat hantu. Marcia dan Rhea membalikan badan, mencari tahu apa yang telah membuat Rachel mendadak terdiam dan terpana seperti orang blo'on.

Dan sosok yang mereka lihat kemudian hampir membuat jantung mereka copot. Boleh gabung, nggak? Ia jadi salah tingkah karena sama sekali nggak mengira Felix datang menemuinya. Felix duduk di bangku kosong yang ada di sebelah Rachel. Mata Rachel tak lepas menatap Felix, mulutnya masih terbuka lebar. Dikit sih," Rhea menjawab ragu-ragu. Gara-gara gue, lo jadi diomelin bokap lo. Gue yang mesti minta maaf udah nyusahin elo kemarin. Tiap hari nganter elo pulang juga it's okay.

Gue bersedia kok. Rhea menundukan kepalanya dalam- dalam, karena ia tahu saat ini pasti pipinya memerah seperti tomat. Rhea nggak mau Felix sampai mengetahuinya. Kalo nomor rumah lo sih gue udah punya Kalo gitu gue balik ke kelas duluan ya.

Tunggu telepon dari gue nanti malam ya, Rhe! Rhea hanya mengangguk dan tersenyum. Tangannya terasa begitu dingin karena terlalu tegang dan gugup. Satu buat Rhea dan yang dua ini buat Marcia dan Rachel. Kedua sahabatnya cuma bisa melongo. Mereka nggak menyangka, kecipratan rezeki juga. Anggap aja ongkos jadi tembok selama sepuluh menit," kata Marcia asal.

Nggak ada maksud buat nyuekin elo kok. Lain kali kita ngobrol-ngobrol bareng lagi deh. Nggak pa-pa! Kan udah ada coklat buat biaya ganti rugi.. Felix tersenyum lalu menuju kelas, meninggalkan ketiga cewek yang masih memandangi coklat di tangan mereka. Mana mungkin cowok sekeren dia naksir gue. Baru aja dikasih coklat, udah mikir yang bukan-bukan," elak Rhea sambil menikmati soto minya yang masih tersisa setengah porsi.

Dia mau call elo nanti malam. Itu jelas menunjukan dia lagi PDKT sama elo. Tapi tampaknya usaha Marcia sia-sia. Rachel sama sekali nggak memerhatikan pertanyaannya. Cewek itu masih melongo menatap coklat yang ada di tangannya. Mulut Rachel terbuka lebar, matanya nggak berkedip. Digoyang-goyangkannya pundak Rachel, tapi tetep nggak ada respons.

Jangan-jangan Rachel kesambet jin, lagi! Kayaknya Marcia nggak sabar melihat tingkah Rachel yang bikin bulu kuduk jadi merinding. Kesambet ya! Rachel mengelus ubun-ubunnya sambil cengar-cengir. Tangan kanannya masih memegang coklat pemberian Felix. Marcia dan Rhea mengernyitkan dahi. Jangan-jangan si Rachel benar- benar kesambet. Masa kesakitan sambil cengar-cengir gitu. Aneh, kan? Marcia dan Rachel bergidik ngeri. Dipamerkannya coklat di tangannya ke depan hidung Marcia.

Marcia dan Rhea manggut-manggut tanda mengerti. Akhirnya mereka paham bahwa teman mereka yang satu ini bukan kesambet jin, tapi kesambet Felix. Felix tuh ngasih cokelat bukan cuma buat elo, tapi juga buat Rhea en gue," kata Marcia. Yang penting gue dapat cokelat. Masa lo nggak ngerasa sih? Dylan, i love you - Stephanie Zen — click here mirror link. Fairish - Esti Kinasih - click here - mirror link.

I For You - Orizuka - click here mirror link. Imajinatta - Mia Arsjad — click here mirror link Jingga dan senja - Esti Kinasih — click here mirror link. Jingga dalam Elegi - Esti Kinasih - click here mirror link.

Jingga untuk Matahari - Esti Kinasih - click here mirror link. Kemelut hati - Nawa N. Kupu-kupu Salju - Felice Cahyadi - click here mirror link.

Let go - Windhy Puspitadewi — click here mirror link Looking for alaska - John Green — click here mirror link Lovasket - Luna Torashyngu — click here mirror link Lovasket 2 - Luna Torashyngu — click here mirror link Lovasket 3 - Luna Torashyngu — click here mirror link. Lovasket 4 - Luna Torashyngu - click here mirror link. Love in sunkist - Evelyn Jingga — click here - mirror link Love marriage - download — click here mirror link.

Mamamo - Sara tee - click here mirror link. Matemacinta - Razy Bintang Argian - click here mirror. Miss cupid - Mia Arsjad — click here mirror link. My Silly Engagement - Dewi Sartika - click here mirror link.

Pacarku juniorku - Valleria Verawati — click here mirror link. Pasangan Jadi Jadian - Lusiwulan - click here mirror link.



0コメント

  • 1000 / 1000